Bendera ISIS di Rumah Pelaku |
Siporsuk Na Mamora –
Sunggguh malang memang nasib Aiptu Martua Sigalinging, beliau menjadi korban
penyerangan teror di pos jaga Polda Sumatera Utara oleh terduga teroris
jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS dini hari
tadi (25/6/2017) tepat pada pukul 03.00 Wib di hari perayaan hari raya tahun
ini.
Semua
orang mungkin saat itu sedang merasa bahagia karena berkumpul dengan sanak
saudaranya masing-masing, ada juga yang takbiran keliling dan mungkin masih ada
yang terjebak di jalanan menuju kampung halaman masing-masing. Tetapi, bagi
keluarga Sigalingging, ini mungkin jadi hari yang sangat menyedihkan sekaligus
menorehkan duka mendalam.
Provinsi
Sumatera Utara sebelumnya merupakan provinsi yang sangat kondusif dan jauh dari
aksi-aksi teror. Namun hari ini telah jauh berbeda, beberapa kali aksi teror
terjadi, dan sudah banyak terduga teroris ditangkap dari Sumatera Utara. Hal
ini membuktikan bahwa Sumatera Utara tidak lagi bisa kita katakan sebagai
provinsi yang aman, melainkan sudah menjadi sarang para teroris.
Dua
orang pelaku teror pos jaga Polda Sumatera Utara berinisial AR dan SP ini
diduga kuat memiliki jaringan dengan kelompok teroris ISIS, hal ini diperkuat dengan
adanya temuan dokumen berisi cara-cara melakukan bom bunuh diri serta adanya
bendera ISIS menempel di rumah salah satu pelaku teror yang beralamat di Jalan
Pelajar Timur Gang Kecil, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Sumatera Utara.
Kemudian yang paling meyakinkan adalah adanya konfirmasi langsung dari Kapolri
yang mengatakan dalam statmennya bahwa pelaku teror merupakan kelompok teroris
JAD yang berafiliasi dengan ISIS.
"Ini
memang kita sudah mensinyalir ada sel dari kelompok JAD yang punya intel dan
punya niat melakukan serangan di sana," - Kapolri Tito Karnavian -
Kita
tau semua, bahwa ISIS adalah kelompok yang identik dengan agama Islam, mereka
mengklaim bahwa mereka ingin mendirikan negara berlandaskan agama atau sering
disebut sebagai kelompok yang ingin membangkitkan kekilafahan. Mereka juga
menyebutnya dengan misi ke-agama-an, meskipun sebenarnya tindakan dan kelakuan
mereka sangat jauh dari norma-norma kemanusiaan dan moral yang agama Islam itu
sendiri ajarkan.
Para
pelaku teror ini memilih pos polisi karena mereka menganggap polisi sebagai “kafir
harbi”, serta dianggap sebagai penghalang utama mereka dalam menjalankan setiap
aksi dan kegitan-kegiatan mereka. Selanjutnya juga, polisi menduga bahwa
sebelum menjalankan aksinya, kedua pelaku teror tersebut meneriakkan takbir.
"(Target
mereka) polisi. Karena mereka kan, sekali lagi saya sampaikan, kenapa polisi,
karena polisi dianggap sebagai kafir harbi," - Kapolri Tito Karnavian -
Seragan
ke pos-pos polisi jika kita perhatikan tidak hanya terjadi kali ini saja,
dibeberapa daerah telah terjadi sebelum-sebelumnya.
Kita
semua tau, bahwa kelompok jaringan ISIS akhir-akhir ini telah menguat di Asia,
salah satu negara yang telah melangsungkan perang dengan ISIS adalah Philipina.
Karena kuatnya ISIS, bahkan negara Philippina sendiri tidak mampu melawan
teroris ini, alhasil mereka harus pontang-panting meminta bantuan dari
negara-negara lain, termasuk Indonesia yang telah menyatakan siap membantu
Philipina untuk memerangi ISIS.
ISIS
dalam melakukan aksinya juga ternyata tak mengenal perayaan hari besar umat
Islam, yang seharusnya jika melihat propaganda yang mereka lakukan, maka mereka
tidak semestinya meneror dihari raya idul fitri ini, dimana semua umat Islam
sedang berbahagia merayakan hari kemenangan bersama keluarga masing-masing.
Oleh
karena itu, mari kita ambil makna positif dibalik serangan ini, bahwa
sebenarnya mereka tidak lebih hanyalah kelompok-kelompok radikal yang telah
dikendalikan nafsu duniawi, atau lebih jelasnya, mereka adalah setan-setan yang
menyusup kedalam kelompok agama dan mengatas namakan agama, dalam rangka untuk
memudahkan mereka dalam menjalankan aksi-aksi dan tujuan bejatnya.
Sehingga
kedepan, harapannya tidak ada lagi orang yang terpengaruh dengan hasutan ISIS
yang kerap dilakukan dengan mengatas namakan agama Islam, tetapi sebenarnya
yang terjadi adalah, mereka memanfaatkan rekrutannya untuk membunuh saudara
sesama manusia.
Dan
yang paling penting, mari kita sama-sama saling menjaga dan saling peduli dengan
saudara-saudari kita yang lain, yang ada di sekitar kita. Jangan sampai mereka
dicuci otaknya menjadi manusia-manusia radikal yang berpikir sempit dan kehilangan
akal sehat serta rasionalitasnya.
EmoticonEmoticon