Chairul Tanjung |
Alasan terpenting kenapa kita harus
memenangkan Bapak H. Ir. Joko Widodo untuk periode kedua adalah, bahwa rakyat
masih meyakini Jokowi sebagai pemimpin yang bersih, merakyat/melayani,
sederhana dan profesional dalam memimpin Indonesia hingga detik ini. Selain
itu, memenangkan Jokowi, bagi kita juga adalah berarti melawan radikalisme,
korupsi dan para mafia APBN.
Sejak saya mengenal Jokowi, saya
adalah orang yang paling bersemangat mengampanyekan Jokowi Presiden Ku sejak
Juni 2013 di Medan. Apa yang saya lihat ada pada kepribadian Jokowi saat itu,
masih tetap sama hingga hari ini. Beliau masih menjadi orang yang paling tepat
memimpin Indonesia 5 tahun kedepan. Demi kejayaan Pancasila dan keutuhan NKRI.
Jokowi memang bukanlah sosok yang
paling sempurna, kita juga bisa melihat masih ada kekurangan disana dan disini.
Maka untuk itu, tetap mengawal pemerintahan Jokowi, adalah sebuah tanggungjawab
moral bagi saya secara pribadi dan juga bagi seluruh pendukungnya.
Tidak terasa, 4 (empat) tahun sudah
Jokowi kita antarkan duduk di kursi RI-1. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan
deretan prestasi ataupun hasil kinerja Jokowi selama 4 tahun memimpin bersama
Kabinet Kerja-nya. Mulai dari pembangunan infrastruktur (Bendungan, Jalan
Biasa, Jalan Tol, Tol Laut, Rel Kreta Api, Stasiun, Terminal, Pelabuhan hingga
Bandara Udara), BBM satu harga, Stabilisasi Harga, Peningkatan Hasil Pertanian,
Peningkatan hasil laut, Peningkatan kesejahteraan pekerja, Penertiban Ormas
Anti-Pancasila hingga pengambil alihan saham PT. Freeport.
Sankin banyaknya hasil kerja Jokowi,
saya tidak sanggup menjabarkan satu-persatu secara utuh dalam tulisan ini.
Karena, kalaupun harus saya tuliskan disini, maka akan sangat panjang dan tiada
habisnya. Jika teman-teman ingin mengetahui secara detailnya, silahkan nanti
dicari di artikel teman-teman penulis yang lain, tentunya setelah Anda
pastikan, bahwa Anda telah selesai membaca tulisan saya ini secara utuh. Serta
jangan lupa meninggalkan tanggapan dan atau share sebanyak mungkin, itupun jika
Anda merasa setuju dan sepemahaman dengan saya.
Fokus kita dalam tulisanku kali ini,
adalah membahas dan menerawang tentang siapa sosok yang paling cocok menjadi partner
kerja, atau pendamping Pak Jokowi dalam melanjutkan pemerintahannya di periode
kedua. Tidak hanya itu, partner kerja atau pendamping yang dimaksud juga harus
mampu mendapatkan persetujuan Ibu Megawati selaku Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan,
serta para Ketua Umum 7 (tujuh) partai koalisi lainnya yang telah secara resmi
menyatakan dukungn kepada Jokowi sebagai Capres
2019.
Untold
Story Pilpres 2014
Sebelum kita membahas siapa cawapres
Jokowi pada Pilpres 2019 yang akan datang, saya akan membawa teman-teman
sejenak bernostalgia ke tahun 2014.
Kenapa saya harus mengulang kembali
ingatan kita ke Pilpres 2014? Karena saya pikir, menjadi penting bagi kita
semua membaca dan menganalisa kecenderungan pola strategi dan langkah yang
sama, yang akan terjadi di Pilpres 2019 menadatang. King makernya tetap Ibu
Megawati Soekarno Putri, sang Ibu Ketua Umum yang sangat Jokowi hormati sebagai
tokoh bangsa.
Masih jelas dalam ingatan kita,
tepat pada tanggal 14 Maret 2014, melalui surat perintah harian Ketua Umum
PDI-P, Ibu Megawati Soekarno Putri menunjuk Jokowi menjadi Capres resmi PDI-P.
Masyarakat yang sudah lama menunggu keputusan itu, seperti saya sendiri merasa
senang dan sangat bersemangat mendengarnya. Artinya, perjuangan kami mendorong
PDI-P agar mencapreskan Jokowi sejak tahun 2013 tidak sia-sia dan telah
membuahkan hasil yang sangat mengejutkan dari Ibu Megawati.
Dengan keputusan Ibu Megawati
mencapreskan Jokowi tahun 2014, dan setelah melihat hasil kinerjanya saat ini
selama menjadi Presiden RI, kita patut berterimakasih. Ibu Megawati benar-benar
mengerti keinginan rakyat kala itu, yang memiliki keyakinan kuat bahwa Jokowi
adalah yang terbaik menjadi Presiden RI. Selain itu, Ibu Megawati juga ternyata
mampu memenangkan pertarungan, ditengah derasnya kampanye hitam isu PKI dan isu
SARA yang dituduhkan lawan ke Jokowi.
Pencapresan
Kembali Jokowi oleh PDI-P 2019
Meski terus mendapat serangan isu
PKI dan isu SARA, hati Ibu Megawati ke Jokowi sama sekali tidak patah, justru
bahkan Ibu Mega bersama PDI-P, sebagai partai Nasionalis semakin bersemangat
dan ingin mempertegas, bahwa Jokowi adalah lambang kepemimpinan modern di era
demokrasi pasca reformasi yang di lahirkan oleh PDI-P.
Pada acara Rakernas III PDI-P di
Denpasar, Bali, pada tanggal 23 Feberuari 2018, secara resmi Ibu Megawati
mengumumkan kembali pencapresan Jokowi di Pilpres 2019-2024. Alhasil, sampai
hari ini, partai yang mengikuti keputusan PDI-P untuk turut mendukung Jokowi
maju di Pilpres 2019 sudah ada 8 (delapan) partai politik. Dengan demikian,
secara hitung-hitungan kekuatan dukungan kursi di DPR-RI, Jokowi telah punya
tiket untuk jadi Capres pada Pilpres 2019 mendatang.
Keputusan Ibu Mega kali ini memang
disambut agak dingin oleh masyarakat, tidak lagi seperti di tahun 2014. Mungkin
alasannya, karena memang hal yang sudah pasti PDI-P mendukung Jokowi untuk
periode kedua, dalam artian bahwa kenyataannya nilai jual Jokowi masih yang
tertinggi hingga saat ini. Namun, sikap PDI-P sebelum pengumuman ini memang
masih membuat sebagian masyarakat dan elit tidak bisa tidur tenang, sebabnya
karena keputusan Ibu Mega sebagai Ketua Umum partai adalah yang paling sulit di
tebak. Sebagian mlihat kemungkinan yang akan terjadi, bisa saja Jokowi tidak
dicapreskan PDI-P lagi di 2019, dengan alasan bahwa ada Puan Maharani, sang
putri mahkota, penerus tahta Ibu Mega yang gerak-geriknya sejak 2014 hingga
sekarang berharap jadi Capres/Cawapres PDI-P.
Melihat perkembangan politik
Nasional yang sekarang semakin dinamin, konstalasi bergerak cepat dan
elektabilitas naik turun. Apakah Jokowi bisa tetap yang paling perkasa di papan
survey elektabilitas hingga 2019, ditengah semakin massivenya kampanye
#2019GantiPresiden dan serangan-serangan politik hitam, penuh kebencian dan
penyebaran isu hoaks?
Dari tahun 2014, awal Jokowi menjadi
Capres memang sudah kerap diserang isu PKI, dan isu kebencian bermuatan SARA
dari orang-orang yang berpaham radikal semacam anggota PKS dan kroni-kroninya.
Ditambah lagi saat dikaitkan dengan isu Ahok, dan kemudian pembubaran ormas
HTI. Jadilah Jokowi semakin dibenci kelompok-kelompok radikal. Dibenak mereka,
2019 Jokowi harus ganti! Agar agenda radikal mereka untuk merongrong Pancasila
dan NKRI tidak ada penghalang, HTI pun kemudian bisa di aktifkan kembali
seperti yang dikatakan Yusril Izha Mahendra, sang Ketua Umum PBB, yang saat ini
menjadi partai tujuan HTI dan FPI untuk menjalankan agenda politiknya di
Pilpres 2019.
Strategi yang paling dibutuhkan saat
ini, agar Jokowi bisa berjaya kembali di 2019 adalah mencari pasangan yang
tepat. Pasangan yang diharapkan bisa menjadi penopang dan sekaligus partner
yang mampu memperbaharui citra Jokowi di mata kelompok muslim aliran
konservatif. Selain itu, pendamping Jokowi juga harus punya kapasitas dan
profesionalitas yang nantinya bisa menyokong dan menopang arah tujuan kebijakan
Jokowi di 2019-2024, dan yang tak kalah penting, sosoknya bisa diterima Ibu
Mega dan 7 (tujuh) partai koalisi lainnya.
Menanti
Kejutan Megawati di Pilpres 2019
Ibu Megawati, sekali lagi adalah
sosok yang penuh dengan kejutan. Keputusannya, harus memiliki daya kejut yang
kuat di masyarakat. Setidaknya, itulah yang banyak dirasakan masyarakat biasa
seperti saya selama memperhatikan karakteristik pengambilan keputusan politik
dari seorang Megawati.
Pertanyaanya, jika pencapresan
kembali Jokowi di 2019 tidak lagi memiliki daya kejut di masyarakat, lalu apa
lagi yang menjadi kejutan dari Ibu Megawati di Pilpers 2019 kali ini?
Maka, jawaban dari pertanyaan di
atas, kejutannya menurutku terletak pada penentuan Cawapres. Selain itu, tidak
ada lagi kejutan yang lebih seksi untuk dinanti publik.
Pertanyaan selanjutnya, siapa sosok
yang akan menjadi Cawapres Jokowi di Pilpres 2019, sehingga mampu mendatangkan
kejutan di masyarakat?
Jawabannya, masih menurutku, adalah
Chairul Tanjung.
Saya sebut Chairul Tanjung, bukan
karena kami sekampung, sama-sama berasal dari Sibolga loh... Tapi murni karena
qualifikasinya yang menurutku bisa menjadi pelengkap Jokowi dalam memimpin RI
pada periode kedua.
Sekilas
Tentang Chairul Tanjung dan Sederet Pengalamannya
Chairul Tanjung, adalah seorang
pengusaha pribumi tersukses Indonesia saat ini. Ayahnya berasal dari Kota
Sibolga, dan Ibunya Jawa. Bisa dipastikan dia bersuku Batak dari Ayahnya.
Chairul Tanjung merupakan pengusaha
yang merintis usahanya mulai dari nol, dan menjadi sukses hingga seperti
sekarang ini. Beliau adalah pemilik CT Group, sebuah kelompok usaha yang
dibangun oleh CT untuk menaungi semua bidang usahanya.
Kepiawaiannya sebagai pengusaha
secara tidak langsung adalah modal dasar yang kuat sebagai pemimpin bangsa.
Lihat saja JK, yang adalah pengusaha asal pulau Sulawesi. CT bahkan jauh lebih
berpengalaman dari JK, kenapa? Karena JK hanyalah penerus usaha keluarga.
Sedangkan CT, memulai dari nol. Dari sana, kita bisa membandingkan kualitas
antara mereka.
Walaupun terbentuk sebagai seorang
pengusaha, namun CT juga telah memiliki cukup pengalaman di bidang
pemerintahan. Antara lain menjadi Menko Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa
di era pemerintahan SBY, menjadi pelaksana tugas di beberapa kementerian tahun
2015 dan pernah menjadi Ketua Umum organisasi PBSI.
Selain pengalaman diatas, CT juga
memiliki citra diri yang masih bersih dan jauh dari skandal kasus korupsi. Hal
yang biasa menjerat para pengusaha.
Selanjutnya yang tidak kalah penting
perlu kita ketahui, ternyata CT juga memiliki sederet penghargaan, salah
satunya adalah MUI Award 2015 atas kontribusinya dalam memajukan syiar Islam.
Sudah tidak rahasia lagi, CT memang adalah sosok pengusaha yang sholeh, peduli,
dermawan serta pintar menjaga relasi, baik bisnis ataupun persahabatan.
Orangnya pekerja keras, dan bergaul dengan semua orang, tanpa pilih-pilih.
Karakternya ini membuatnya sangat dicintai semua kelompok.
Bisa
Diterima Semua Kelompok
Kelompok mana yang tidak kenal
dengan CT?
Sosok CT yang memiliki mental
pengusaha profesional, netral dan tidak mau banyak terlibat dengan politik,
membuatnya disenangi semua orang. Lihat saja pada waktu buka puasa di rumahnya
baru-baru ini. Siapa yang tidak ada disana? Nyaris tidak ada tokoh penting yang
tidak ada, kecuali Ibu Megawati, itupun karena Ibu Megawati sejak lama tidak
mau bersamaan hadir di acara yang sama dengan SBY. Sebagai gantinya, Ibu Mega
mengirimkan bingkisan lengkap berupa makanan buka puasa ke rumah CT.
Semua kelompok tampaknya bisa
menerima CT saat ini, termasuk Megawati dan 7 Ketum Partai koalisi pendukung
Jokowi.
Saya yakin, CT adalah formula
terpenting bagi Jokowi setelah sepeninggal JK nanti. Seorang yang fasih tentang
perekonomian, tidak suka menonjolkan diri, sosok sentral, diterima semua
kalangan dan memiliki semangat kerja profesional untuk membangun bangsa. Itu
hal yang Jokowi butuhkan diperiode ke-2 (dua).
Kalkulasi
Kekuatan Daya Kejut CT Jika Jadi Pendamping Jokowi
Seperti yang saya sampaikan di atas,
Megawati adalah sosok yang penuh dengan kejutan. Lantas, apakah sosok ini mampu
mendatangkan daya kejut di masyarakat, seperti yang diharapkan oleh Ibu
Megawati Soekarno Putri?
Menurutku, pasti semua terkejut,
bahkan tidak kalah dengan daya kejut yang ditimbulkan semasa pencapresan Jokowi
di tahun 2014 yang lalu. Ini beberapa kemungkinan kejutan yang akan terjadi
jika CT jadi cawapres Jokowi. Antara lain :
Pertama
: Mega dan SBY akan kembali
semeja untuk meramu jurus paling ampuh yang diharapkan mampu membawa kemenangan
pada Pilpres 2019. Seperti yang semua masyarakat ketahui, hal yang paling
mustahil kedua terjadi di perpolitikan Indonesia setelah kemustahilan pertemuan
antara Soeharto dan Gus Dur, adalah bertemunya Mega dan SBY dalam satu meja
atau acara. Sepertinya, kebencian masing-masing antara kedua mantan Presiden
ini sudah membekas dan hampir menuju ke keabadian.
Kenapa Mega dan SBY akan bertemu?
Alasannya tidak lain adalah, jika CT maju jadi cawapres Jokowi, otomatis akan
didukung Partai Demokrat. Karena CT memiliki kedekatan khusus dengan SBY, sang
Ketua Umum PD.
Pertemuan Mega dan SBY, menurut saya
akan menjadi kejutan urutan pertama.
Kedua
: Menyatunya PKS dan PDI-P
secara nasional. Loh, kenapa begitu? Yah… Bukan rahasis umum lagi, bahwa CT
memiliki kontribusi besar dalam membesarkan PKS dari balik layar. Meski perannya selama ini
berada di balik layar, namun itu sudah cukup mampu membuat pejabat teras PKS bertekuk lutut dihadapannya.
Dekat dengan PKS bukan berarti
membuat CT berfikir seperti kader PKS. CT tetaplah orang yang taat beragama, professional
dan nasionalis. Peran CT saat menjadi cawapres Jokowi nantinya dijamin bisa
menutup mulut ember Fahri Hamzah, Mardani Ali Sera dan berikut para anggota dan
simpatisan PKS yang lain, yang selama ini kerap menyerang Jokowi dengan cara
yang tidak bermoral dan lebih dekat dikatakan sebagai fitnah, hoaks dan SARA.
Ketiga
: Gerindra akan gigit jari,
karena ditinggal PKS, sang partai sekutu yang diam-diam melancarkan manuver
agar Prabowo tidak mencapres lagi. Selanjutnya PAN akan bimbang, tak akan
sanggup menerima kekalahan melihat Jokowi yang semakin kuat.
Cukup tiga alasan diatas itu saja
yang membuat kita akan terkejut, makanya saya ulas terlebih dahulu sekarang,
agar tidak ada yang terkejut bathin dan terkena serangan jantung atau stroke
kelak, saat mendengar keputusan Mega yang kita harapkan meminang CT menjadi
pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
Semoga benar-benar terjadi duet
Jokowi-CT di Pilpres 2019 mendatang. Untuk yang sependapat, kasih komentar dan
masukannya ya… Jangan lupa juga menyertakan hastag #CawapresJokowidan
#IndonesiaMaju.
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !
EmoticonEmoticon