Friday, July 6, 2018

Agenda Tersembunyi Dibalik Dukungan JK ke Puan Maharani

Puan Maharani
Politik pecah belah JK untuk menggoyang posisi Jokowi di Pilpres 2019 di mata partai koalisi pemerintah, yang sudah secara resmi mendeklarasikan diri mendukung Jokowi 2 periode kian tercium dan semakin kentara. Salah satu maneuver JK adalah melontarkan pernyataan, “kalau Ibu Puan mau, kita dorong juga,” beberapa waktu yang lalu, sehingga media menterjemahkannya sebagai dukungan JK kepada m’ba Puan Maharani maju sebagai Cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Persoalnannya, kalau Puan Maharani jadi Cawapresnya Jokowi, dijamin pasti banyak partai yang akan mengambil langkah mundur.
Mudah-mudahan Puan Maharani nggak ngotot jadi Cawapres Jokowi 2019, apalagi sampai merengek pada ibunda Megawati Soekarno Putri, sang Ketum PDI-P agar diberi persetujuan dengan kekuatan kekuasaan partai yang saat ini dipegngnya.
Serangan paling ampuh memang adalah memecah fokus PDI-P dan menyerang dari dalam PDI-P itu sendiri, salahsatunya, menggoda anak ibu Mega, Puan Maharani maju menjadi Cawapres Jokowi, dan sudah pasti hal ini adalah suatu hal yang paling sulit di tolak ibu Mega. Karena Puan Maharani adalah penerus ibu Mega yang paling bisa dipastikan.
Jokowi dan PDI-P harus memahami dan membaca dengan jernih situasi atau jurus politik mabuk ala JK. Bagaimanapun, dalam historinya, JK selalu berat kepada kepentingannya. Siapa yang mau menuruti keinginannya, itulah yang jadi. Siapa orang itu? Ya… Anies Baswedan, menteri cabinet kerja yang dipecat Jokowi.
Dengan cara politik pecah belah di tubuh PDI-P, terlebih jika JK berhasil menggiring isu Jokowi-Puan Maharani, ini akan membuka kesempatan besar bagi Anies Baswedan didikan JK akan lebih mudah untuk melenggang ke Istana, ditambah lagi dengan mengandalkan strategi politik identitas, isu Agama, seperti biasa, jurus ini adalah andalan para kaum yang bersebrangan dengan Jokowi.
Bagaimanapun, partai koalisi memiliki kekuatan, memiliki hitung-hitungan yang rasional, serta memiliki bargain untuk menduduki Cawapres di pemerintahan periode ke-2 Jokowi nantinya. Katakanlah Partai Golkar, Partai NasDEM, Partai PKB, dan Partai PPP. Tujuannya juga bagus, kaderisasi kepemimpinan pemerintahan nasional di 2024, agar bisa melanjutkan rancangan pembangunan nasional setelah peninggalan pemerintahan Jokowi kelak. Rasanya, kursi Menteri tak lagi cukup untuk menempah calon penerus Jokowi.
Diluar, ada sosok Anies yang dipersiapkan JK. Anies bukanlah orang yang secara politik tegak lurus dengan Jokowi, justru bertolak belakang. Makanya, JK mencoba mempercepat proses untuk Anies menuju Istana Merdeka, tentu melalui gerakan senyap untuk maju Capres 2019. Sebagai kuda hitam.
Salah satu caranya, adalah dengan memecah kekuatan Jokowi dari dalam tubuh ibu Megawati sendiri.
Semoga m'ba Puan Maharani mengingat, serta mengerti ucapan ibu Mega tahun 2014 lalu, "kesabaran revolusioner", yang dimaksud adalah, revolusi juga harus memiliki kesabaran, digosok-gosok dulu, lalu tanpa disadari, kita dengan sendirinya telah berevolusi. Jokowi menerjemahkannya terlebih dahulu dengan merevolusi mental.
Sabar-sabar m'ba Puan, pasti jika waktunya telah tiba, dengan kesabaran yang selalu mendorong terwujudnya perubahan/revolusi, maka pucuk pemerintahan -jabatan Presiden- itu akan datang ketangan m'ba Puan. Tentu dibarengi dengan doa dan harapan campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Ini mungkin dangelan-dangelan kelas murahan, namun perlu di antisipasi, demi mengamankan langkah Jokowi di Pilpres 2019.
Salam sada roha dari Anak medan
h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon