Tuesday, December 13, 2016

Manusia Arus Pendek Alias Korslet

Foto : Benardo Sinambela di Makam Raja Sisingamangaraja XII Balige
Siporsuk Na Mamora - Malam ini benar-benar malam yang membuatku galau, antara berani dan marah! Itulah yang paling tidak berulang-ulang dalam fikiranku. Tapi tak apa, mungkin diantara kalian semua ada yang berfikir sama seperti saya tapi tak berani menuliskannya.

Komentar paling nyentrik, katanya tulisanku seperti orang yang tidak berpendidikan, parahnya itu komentar terdapat di grup GMKI, organisasi tempat dimana selama ini aku mengasah pemikiran dan membentuk pola fikir. Tapi itu tak apa, tidak ada sedikitpun rasa sakit hatiku kalaupun seluruh orang didalam membenci dan melawanku, bahkan seluruh dunia. Aku masuk GMKI di masa saat aku pada posisi sudah "sadar", aku melakukan segalanya bukan untuk mengambil simpatik mereka, melainkan sebagai wujud adari rasa syukurku atas kasih Yesus kepadaku.

Berkali-kali juga, tekanan datang dari seniorku, termasuk satu marga “siraja oloan” yang notabanenya adalah marga Raja Sisingamangaraja XII, tapi itu hanya kelakuan seorang hamba, yang lagi menghamba pada dewanya.

Tulisanku berjudul "DITOLAK DIKAMPUNG SENDIRI" adalah salah satu pemicu kegalauanku hari ini, tapi aku menghibur diri dengan tetap menulis hari ini untuk anda baca, sebelum akhirnya saya nanti benar-benar tidak bisa menulis lagi.

Tulisan dengan judul di atas saya tuliskan atas kegelisahan "matinya rasa penghormatan kita terhadap pahlawan kemerdekaan", kasusnya detailnya soal pergantian nama jalan utama Raja Sisingamangaraja XII di Kota Dolok Sanggul, Humbanghasundutan, Sumatera Utara.

Semua orang tau, merawat republik dengan semangat patriotisme seorang pahlawan kemerdekaan itu penting, dan jalan utama disetiap provinsi haruslah dinamai dengan nama pahlawan asal daerah berkaitan. Semua juga tau tentang perjuangan Raja Sisingamangaraja XII untuk membebaskan orang Batak dari penguasaan Belanda, dan semua juga tau kalau dia seorang pahlawan kemerdekaannya.

Sekarang, nama jalan disematkan atas nama pahlawan salah satunya adalah untuk menghargai jasa para pahlawan tersebut yang telah gugur dalam pertempuran, sekaligus untuk mengingatkan para generasi penerus republik akan patriotismenya memperjuangkan kemerdekaan, itu pulaklah yang terjadi mengapa jalan tersebut diberi nama Jalan Sisingamangaraja XII, disamping itu, Raja Sisingamangaraja XII adalah putra Humbanghasundutan, tepatnya di Bakara, Sumatera Utara.

Saya bilang si dewa ini orang "orde baru", karena kalau dia orang "orde lama", dia pasti tau soal "jasmerah" Ir. Sukarno bukan? Tapi tindakannya sama sekali tidak menggambarkan pemahaman yang diberikan Ir. Sukarno tentang "jasmerah".

Ada banyak jalan yang belum punya nama, ada banyak jalan yang akan dibuka, lalu kenapa tidak itu saja yang di namai? dan apa tujuannya harus menghapus nama jalan Raja Sisingamaraja XII? dan menggantinya dengan nama jalan Tokke Julius Nainggolan?

Jika diperimbangkan, apakah perjuangan mereka berimbang? Seorang tokke berjuang untuk menumpuk kekayaan, dan seorang pahlawan berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan republik, apakah itu patut diperimbangkan? Tentu saja tidak, tetapi kelihatannya, cara mereka ingin menggantikan posisi Raja Sisingamangaraja XII dihati orang Batak. Karena mungkin dia merasa lebih berjasa, atau mungkin merasa telah berkuasa atas tanah Batak.

Mungkin dia tersinggung, tetapi inilah aku, aku yang tidak pernah memiliki catatan "mundur" dalam berjuang, mungkin hanya kematian yang akan membuatku bungkam dan mundur.

Kawan, soal menghargai jasa pahlawan kemerdekaan, itu harus kau lakukan, apapun latar belakang pahlawan tersebut, karena mereka patut dihargai dan dikenang kepatriotisannya. Jika kalian pikir ini hanya masalah spele, apalagi saat anda sudah di atas angin, anda salah besar. Jangankan saya yang marah dan mereka yang tersinggung, Ompui Raja Sisingamangaraja XII juga akan BANGKIT kembali!

Berkali-kali saya di telefon, diancam dan di teror lewat udara dan facebook, saya katakan, supaya niatan itu dihentikan, tetapi saya malah dibentak, dibilang "siapa kali kau rupanya? beraninya kau mengatur-atur mereka?", itulah intimidasi yang ku alami, tapi aku anggap dia sebagai abangku kok, aku sampaikan supaya tawaran ku dikabulkan, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Mana mungkin pulak aku duduk sama mereka sementara aku tau mereka tak bisa menerima pendapat orang lain?

Tulisanku malah membuat mereka kalang kabut, dan melaporkan nama FB ku Benardo Sinambela ke Poldasu. Itu sangatlah tidak baik, itu mencemarkan nama baikku, tapi biar sajalah dulu mereka menikmati rasa besarnya. Hal ini juga yang membantah seluruh anggapan masyarakat Sumatera Utara bahwa dia itu orang baik, dia benar-benar memiliki hati yang busuk dan mulutnya benar-benar berbisa!

Mungkin diantara kalian melihatnya sebagai dewa, jika tulisanku mengusik dewa kalian dan kalian sebagai hambanya, aku mohon maaf, tapi bukan berarti aku salah! Hukum yang akan menentukan letak kesalahanku.

Teman's... Inilah masa dimana saya benar-benar sedang menjadi sorotan publik, aku yang "Siporsuk Na Mamora" ini hanya ingin mengatakan "Ayo kita hargai jasa pahlawan kita, jika tidak bisa lebih, minimal kita abadikan sebagai nama jalan dan sarana publik untuk mengigatkan generasi penerus republik akan kepratriotisannya dan mari sama-sama kita rawat".

Lihatlah masalah utamanya, dan berfikirlah bahwa "kita sedang diambang kemiskinan rasa Nasionalisme" dan "kemiskinan rasa penghormatan terhadap jasa para pahlawan, atau mungkin rasa itu telah mati bersama dengan jasad mereka ditanamkan".

Saya tau ini akan mengalami proses panjang, tapi saya harus patuh hukum dan akan siap hadir ketika dipanggil pihak kepolisian.

Salam dari ku, manatau mungkin besok tak lagi bisa bercengkrama dengan kawan-kawan lewat tulisanku ini lagi.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon