Thursday, December 1, 2016

Yesus dari Nazaret dan Ahok dari Belitung

Foto Ilustrasi
Siporsuk Na Mamora - Sudah, jangan berfikir seperti itu kawan! Nanti kau sesat oleh fikiranmu sendiri. Bukan bermaksud membuat anda berfikir kalau-kalau saya mulai mengkultuskan Ahok si Gendeng itu, tetapi ide dan jari-jemari terlalu liar untuk mengotak-atik keyboard laptopku yang sudah tua ini.

Mungkin saya terlalu naif untuk menyama-nyamakan sejarah Yesus dimasa awal tahun masehi dengan Ahok yang terjadi hari-hari belakangan ini, tetapi sebenarnya saya sangat bersemangat menuliskannya, sembari melatih daya ingat otak yang tidak seberapa banyak isinya ini.

Yesus adalah tokoh sentral dalam ajaran kekristenan di seluruh dunia, bahkan juga mempengaruhi sedikit banyak ajaran agama yang lain. Katakanlah tiga agama terbesar di dunia Yudaisme, Kristen dan Islam. Tak ada dari agama itu yang didak menuliskan soal ajaran dan keberadaan Yesus di bumi.

Seorang yang di ekspresikan oleh pelukis James Tissot lewat lukisan gambar berpenampilan gondrong, berjenggot dan berpakaian ala daster itu lahir di Nazaret dari seorang perawan Maria yang saat itu bertunangan dengan si tukang kayu dan hamba Allah yang taat Yusuf.

Yesus sejak sebelum kelahirannnya dalam sejarah hingga hari ini masih saja dikepoin para manusia. Saya juga masih ikut kepo, tetapi ini agak panjang teman, jadi bersabarlah untuk tetap membacanya.

Kita mulai saat Yesus mau memasuki Yerusalem, naik kuda yang masih muda disambut dengan teriakan kegembiraan oleh para penduduk setempat dengan ekspresi yang berbeda-beda, ada yang teriak, bersujud dan bahkan meletakkan pakaian dan bunga-bungaan dijalan yang akan dijalani kuda kecil Yesus. Tetapi perjalanan Yesus tak melulu mendapat sambutan antusias kawan, dia mendapat penolakan-penolakan juga, salah satunya adalah penolakan diri-Nya di Nazaret, kampung kelahirannya sendiri.

Ahli-ahli taurat, yang masa itu mulai kehilangan eksistensinya karena kehadiran Yesus yang serta-merta merubah cara pandang masnyarakat terhadap  Tuhan, dan ajarannya berhasil merobah persepsi masyarakat yang sebelumnya hidup dalam simbol-simbol agama dan pemikiran bahwa kesucian hanya milik para ahli taurat.

Dalam hukum Yahudi melalui Mahkamah Agama tercatatcatat kesalahan Yesus adalah “Pelanggaran Agama” (waktu itu Agama yang dominan adalah Agama Yahudi) dengan mengaku sebagai “Anak Allah”. Atas vonis itu, Yesus kemudian dibawa kembali ke hadapan Raja Pontius Pilatus yang mengabdi pada Kerajaan Roma, jabatannya masa itu adalah setingkat Gubernur untuk di adili dengan Hukum Pemerintahan Romawi.

Di Galilea tempat kedudukan Raja Pontius Pilatus, pada masa itu telah ramai oleh masyarakat dan para tua-tua lalim dan ahli-ahli taurat. Ada dua agenda pengadilan waktu itu, selain untuk memberi keputusan hukuman mati untuk Yesus, juga ada Barabas yang juga harus di adili karena tuduhan memberontak pada kerajaan Romawi, tahanan politik dimasa itu, juga merupakan seorang pembunuh dan pencuri yang dalam bahasa populernya di Alkitab disebut sebagai penyamun dan perampok.

Masyarakat bersatu dengan tua-tua lalim dan ahli-ahli taurat untuk mendesak Pontius Pilatus memberi hukuman mati kepada Yesus (untuk kejahatan luar biasa, hukuman mati dijalankan dengan penyaliban). Kendati Pilatus tidak menemukan satupun kesalahan Yesus, tetapi karena desakan massa waktu itu dan situasi politik yang kacau, dia memutuskan hukuman mati untuk Yesus. Sementara disisi lain, masyarakat lebih memilih dan bahkan mendesak Barabas untuk dilepaskan, dan memang benarlah Barabas di lepas oleh Pilatus dan Yesus dihukum mati, Pilatus memutuskannya karena desakan yang begitu kuat dari ahli-ahli agama dan masyarakat. Kenyataan bahwa Barabas yang pemberontak dan pembunuh lebih dipilih bebas oleh ahli-ahli taurat dibanding dengan Yesus yang tidak melakukan kesalahan apapun memberi diskursus tersendiri bagi demokrasi dan hukum positif kita.

Besok, tanggal 02-12-2016 adalah hari penting, ada gerakan sektarian untuk mendesak Kejaksaan Agung menangkap seseorang yang dulu pernah kalah mencalon Gubernur di Provinsi Bangka Belitung tahun 2007 tetapi akhirnya disambut riuh oleh masyarakat Jakarta di Tahun 2012 yaitu Ahok yang dituduh “menista Agama”.

Setelah keterkenalan penghakiman Yesus atas dasar “pelanggaran agama” di dunia, akan ada satu lagi yang tidak bisa kita lupakan dalam sejarah perjalanan republik ini, yaitu kasus “penistaan Agama” yang dituduhkan kepada Ahok oleh orang-orang yang mengaku membela Agama Tuhan, saya sebut “kaum jubah Putih”.

Ada banyak persoalan Republik yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan masalah Ahok, katakanlah soal Korupsi dan Narkoba, itu semua luput dari perhatian kita, terkhusus para orang-orang yang mengaku “membela Agama” itu, lupa karena ingin menjadi pahlawan bagi Tuhan. Kenapa kita tidak jadi pahlwan untuk memperbaiki Negeri ini saja? Ahok yang tidak korupsi, tidak mau berkompromi dengan cukong-cukong anggaran di desak untuk dipenjara dan bahkan terkesan dijegal dalam kontestasi pilkada Jakarta.

Kemarin (01-12-2016) secara resmi Polri melimpahkan kasus Ahok ke Kejaksaan Agung, yang berarti kasusnya akan berlanjut ketingkat pengadilan. Sebelumnya, MUI telah menyatakan Ahok bersalah karena telah menista Agama, itu landasannya Hukum Agama, setelah itu berlanjut ke Hukum Negara melalui Polri dinyatakan bersalah dan menjadi tersangka, dengan demikian kasusnya akan berlanjut ke Kejaksaan Agung. Muatan aksi hari ini tidak lain adalah untuk mendesak Kejaksaan Agung supaya menangkap dan memenjarakan Ahok.

Tekanan massa yang “mereka” anggap berhasil mempengaruhi Polri dan Pemerintah hari ini mau di coba kembali di Kejaksaan Agung untuk mendesak penangkapan dan penahanan Ahok. Di pengadilan nanti, tidak lain yang dihadirkan adalah ahli-ahli Agama, sama persis ketika di zaman Yesus bukan?

Tulisanku ini belum lengkap, karena ada dua hal lagi pembedanya, kalau pemeran karakter Yesus-nya sudah ada, Pilatusnya sudah ada (walaupun aku tahu Jokowi tidak seperti itu, kesadarannya lebih jauh akan kebhinnekaan, tapi katakan sajalah kesamaannya hanya sebagai penguasa Negara), ahli-ahli tauratnya juga masyarakatnya sudah ada.

Lalu apakah yang kurang? Ya... Pemeran karakter Barabas-nya belum saya temukan kawan-kawan, bantu saya menemukannya. Kalau konteksnya dulu pembunuh dan pencuri (penyamun dan perampok), sekarang mungkin tukang korupsi, provokator dan berusaha melawan Negara untuk mengamankan kasus-kasus dan aset-asetnya.

Kalau sudah menemukannya beritahu saya ya teman-teman pembaca. Selamat memperingati kesaktian Kapak Sakti Mandra Guna 212 Wiro Sableng yang hanya ada di Indonesia.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon