Foto Ilustrasi |
Siporsuk Na Mamora - Sudah, jangan berfikir seperti
itu kawan! Nanti kau sesat oleh fikiranmu sendiri. Bukan bermaksud membuat anda
berfikir kalau-kalau saya mulai mengkultuskan Ahok si Gendeng itu, tetapi ide
dan jari-jemari terlalu liar untuk mengotak-atik keyboard laptopku yang sudah
tua ini.
Mungkin
saya terlalu naif untuk menyama-nyamakan sejarah Yesus dimasa awal tahun masehi
dengan Ahok yang terjadi hari-hari belakangan ini, tetapi sebenarnya saya
sangat bersemangat menuliskannya, sembari melatih daya ingat otak yang tidak seberapa
banyak isinya ini.
Yesus
adalah tokoh sentral dalam ajaran kekristenan di seluruh dunia, bahkan juga
mempengaruhi sedikit banyak ajaran agama yang lain. Katakanlah tiga agama
terbesar di dunia Yudaisme, Kristen dan Islam. Tak ada dari agama itu yang
didak menuliskan soal ajaran dan keberadaan Yesus di bumi.
Seorang
yang di ekspresikan oleh pelukis James Tissot lewat lukisan gambar berpenampilan
gondrong, berjenggot dan berpakaian ala daster itu lahir di Nazaret dari
seorang perawan Maria yang saat itu bertunangan dengan si tukang kayu dan hamba
Allah yang taat Yusuf.
Yesus
sejak sebelum kelahirannnya dalam sejarah hingga hari ini masih saja dikepoin para
manusia. Saya juga masih ikut kepo, tetapi ini agak panjang teman, jadi
bersabarlah untuk tetap membacanya.
Kita
mulai saat Yesus mau memasuki Yerusalem, naik kuda yang masih muda disambut
dengan teriakan kegembiraan oleh para penduduk setempat dengan ekspresi yang
berbeda-beda, ada yang teriak, bersujud dan bahkan meletakkan pakaian dan
bunga-bungaan dijalan yang akan dijalani kuda kecil Yesus. Tetapi perjalanan
Yesus tak melulu mendapat sambutan antusias kawan, dia mendapat
penolakan-penolakan juga, salah satunya adalah penolakan diri-Nya di Nazaret,
kampung kelahirannya sendiri.
Ahli-ahli
taurat, yang masa itu mulai kehilangan eksistensinya karena kehadiran Yesus yang
serta-merta merubah cara pandang masnyarakat terhadap Tuhan, dan ajarannya berhasil merobah persepsi
masyarakat yang sebelumnya hidup dalam simbol-simbol agama dan pemikiran bahwa
kesucian hanya milik para ahli taurat.
Dalam
hukum Yahudi melalui Mahkamah Agama tercatatcatat kesalahan Yesus adalah
“Pelanggaran Agama” (waktu itu Agama yang
dominan adalah Agama Yahudi) dengan mengaku sebagai “Anak Allah”. Atas
vonis itu, Yesus kemudian dibawa kembali ke hadapan Raja Pontius Pilatus yang
mengabdi pada Kerajaan Roma, jabatannya masa itu adalah setingkat Gubernur
untuk di adili dengan Hukum Pemerintahan Romawi.
Di
Galilea tempat kedudukan Raja Pontius Pilatus, pada masa itu telah ramai oleh
masyarakat dan para tua-tua lalim dan ahli-ahli taurat. Ada dua agenda
pengadilan waktu itu, selain untuk memberi keputusan hukuman mati untuk Yesus,
juga ada Barabas yang juga harus di adili karena tuduhan memberontak pada kerajaan
Romawi, tahanan politik dimasa itu, juga merupakan seorang pembunuh dan pencuri
yang dalam bahasa populernya di Alkitab disebut sebagai penyamun dan perampok.
Masyarakat
bersatu dengan tua-tua lalim dan ahli-ahli taurat untuk mendesak Pontius
Pilatus memberi hukuman mati kepada Yesus (untuk
kejahatan luar biasa, hukuman mati dijalankan dengan penyaliban). Kendati
Pilatus tidak menemukan satupun kesalahan Yesus, tetapi karena desakan massa
waktu itu dan situasi politik yang kacau, dia memutuskan hukuman mati untuk Yesus.
Sementara disisi lain, masyarakat lebih memilih dan bahkan mendesak Barabas
untuk dilepaskan, dan memang benarlah Barabas di lepas oleh Pilatus dan Yesus
dihukum mati, Pilatus memutuskannya karena desakan yang begitu kuat dari ahli-ahli
agama dan masyarakat. Kenyataan bahwa Barabas yang pemberontak dan pembunuh
lebih dipilih bebas oleh ahli-ahli taurat dibanding dengan Yesus yang tidak
melakukan kesalahan apapun memberi diskursus tersendiri bagi demokrasi dan
hukum positif kita.
Besok,
tanggal 02-12-2016 adalah hari penting, ada gerakan sektarian untuk mendesak Kejaksaan
Agung menangkap seseorang yang dulu pernah kalah mencalon Gubernur di Provinsi
Bangka Belitung tahun 2007 tetapi akhirnya disambut riuh oleh masyarakat
Jakarta di Tahun 2012 yaitu Ahok yang dituduh “menista Agama”.
Setelah
keterkenalan penghakiman Yesus atas dasar “pelanggaran agama” di dunia, akan
ada satu lagi yang tidak bisa kita lupakan dalam sejarah perjalanan republik
ini, yaitu kasus “penistaan Agama” yang dituduhkan kepada Ahok oleh orang-orang
yang mengaku membela Agama Tuhan, saya sebut “kaum jubah Putih”.
Ada
banyak persoalan Republik yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan masalah
Ahok, katakanlah soal Korupsi dan Narkoba, itu semua luput dari perhatian kita,
terkhusus para orang-orang yang mengaku “membela Agama” itu, lupa karena ingin
menjadi pahlawan bagi Tuhan. Kenapa kita tidak jadi pahlwan untuk memperbaiki
Negeri ini saja? Ahok yang tidak korupsi, tidak mau berkompromi dengan
cukong-cukong anggaran di desak untuk dipenjara dan bahkan terkesan dijegal
dalam kontestasi pilkada Jakarta.
Kemarin
(01-12-2016) secara resmi Polri melimpahkan kasus Ahok ke Kejaksaan Agung, yang
berarti kasusnya akan berlanjut ketingkat pengadilan. Sebelumnya, MUI telah
menyatakan Ahok bersalah karena telah menista Agama, itu landasannya Hukum
Agama, setelah itu berlanjut ke Hukum Negara melalui Polri dinyatakan bersalah
dan menjadi tersangka, dengan demikian kasusnya akan berlanjut ke Kejaksaan
Agung. Muatan aksi hari ini tidak lain adalah untuk mendesak Kejaksaan Agung supaya
menangkap dan memenjarakan Ahok.
Tekanan
massa yang “mereka” anggap berhasil mempengaruhi Polri dan Pemerintah hari ini
mau di coba kembali di Kejaksaan Agung untuk mendesak penangkapan dan penahanan
Ahok. Di pengadilan nanti, tidak lain yang dihadirkan adalah ahli-ahli Agama,
sama persis ketika di zaman Yesus bukan?
Tulisanku
ini belum lengkap, karena ada dua hal lagi pembedanya, kalau pemeran karakter Yesus-nya
sudah ada, Pilatusnya sudah ada (walaupun
aku tahu Jokowi tidak seperti itu, kesadarannya lebih jauh akan kebhinnekaan,
tapi katakan sajalah kesamaannya hanya sebagai penguasa Negara), ahli-ahli
tauratnya juga masyarakatnya sudah ada.
Lalu
apakah yang kurang? Ya... Pemeran karakter Barabas-nya belum saya temukan
kawan-kawan, bantu saya menemukannya. Kalau konteksnya dulu pembunuh dan
pencuri (penyamun dan perampok),
sekarang mungkin tukang korupsi, provokator dan berusaha melawan Negara untuk
mengamankan kasus-kasus dan aset-asetnya.
Kalau
sudah menemukannya beritahu saya ya teman-teman pembaca. Selamat memperingati
kesaktian Kapak Sakti Mandra Guna 212 Wiro Sableng yang hanya ada di Indonesia.
EmoticonEmoticon