Ahok & Sahabatnya |
Tidak terasa, kurang lebih separoh
masa hukuman atas tuduhan penistaan agama sudah dijalani Basuki Tjahaja Purnama
(BTP) alias Ahok di Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Selama itu pula Ahok tak pernah tampil lagi di depan publik, bahkan sekedar
fotonya saja sejak saat itu sudah jarang menyebar di media. Oleh karena juga,
para penggemar dan pendukungnya (Ahoker) semakin tak tahan menahan rindu.
Rindu melihat Ahok marah-marah sama
penipu dan pengemplang APBD, rindu dengan kebijakannya, motivasinya dan tentu
dengan aksinya dalam memimpin dan mengatur tata kelola pemerintan yang bersih,
transparan dan professional.
Ahok sekarang bagi pendukungnya
adalah sosok yang langka ditemukan Indonesia, beliau banyak menginspirasi para
kaum muda melanial yang merindukan pemerintahan Indonesia yang lebih maju dan
terutama tidak jauh dari praktek korup. Banyak yang menantikan kehadirannya.
Selain itu, dimata dunia Ahok adalah
sosok yang diskriminasi dan sebagai korban perilaku intoleransi oleh para kaum
radikal di Indonesia. Tekanan massa/politik memaksa Ahok sementara harus di
asingkan dulu, demi keamanan Bangsa dan Negara, termasuk demi kelangsungan pemerintahan
sahabatnya Presiden Joko Widodo. Ahok sadar betul, jika memaksakan diri tidak
berterima dengan hukumannya, maka taruhannya adalah Jokowi dilengserkan dengan
dalih berada dibelakang Ahok. Isu seperti ini sudah massive dibangun FPI dkk
sejak semula melakukan demo berjilid menuntut Ahok segera dipenjara. Bahkan,
waktu itu sempat terjadi drama isu kudeta yang berhasil diredam Jokowi dini
hari sebelum aksi 212 berlangsung.
Berkorban untuk capaian yang lebih
besar ternyata bukanlah hal yang sulit untuk dilaksanakan Ahok.
Meskipun Ahok terpenjara, namun
masyarakat masih tetap memperbincangkannya, termasuk di media massa. Ternyata
pengaruhnya juga masih besar. Sering sekali namanya dibawa-bawa dalam pilkada
serentak tahun 2018 ini, baik untuk menggalang dukungan maupun untuk
mendiskreditkan Cakada dan partai tertentu dengan framing “pendukung penista
Agama” seperti halnya untuk PDI-P, Jokowi dan tak lain untuk Djarot Sayful
Hidayat yang maju menjadi Cagub Gubernur Sumatera Utara 2018-2023 didukung
koalisi partai PDI-P dan partai PPP.
Untuk tetap menyapa pendukung, Ahok
melakukannya dengan cara yang unik, seperti halnya menuliskan pesan dengan
tulisan tangannya sendiri serta tak lupa membubuhkan tanda-tangan. Hampir sama
dengan itu, para pendukung juga masih rutin mengirim surat kepada Ahok, dan
biasanya untuk surat-surat tertentu Ahok akan membalasnya.
Berada dibalik jeruji ternyata tidak
membuat Ahok berhenti memberi perhatian untuk isu-isu politik, terkhusus agenda
pilkada serentak tahun 2018 sekarang ini. Kelihatannya, semangat membangun
bangsa ini masih tetap membara dihatinya meskipun dirinya telah menjadi korban
ketidak adilan atas tuduhan “penistaan agama” oleh bangsanya sendiri.
Kegelisahan Ahok akan bangsa ini
masih tetap terpelihara di hati dan pikirannya, terlihat jelas dalam isi
pesannya kepada kita semua, “Ahokers sejati pasti tegakkan kebenaran, kejujuran
dan keadilan. Tidak boleh golput, tetaplah pilih Ahok & sahabatnya. Salam
BTP” yang disampaikan pada hari Jum’at (4/05/2018) dari Rutan Mako Brimob,
Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Siapakah sahabat-sahabat Ahok yang
dimaksud?
Saya tidak ingin berpanjang lebar,
dan tidak ingin memberi berasumsi berlebihan, yang pasti salah satu sahabat
terdekatnya tidak lain adalah Djarot Sayful Hidayat. Kedekatan keduanya tak
bisa didustakan lagi oleh siapapun, sepertihalnya juga kedekatan dengan Joko
Widodo.
Djarot Sayful Hidayat adalah
pasangan Ahok dalam memimpin Provinsi DKI Jakarta setelah Jokowi menjadi
Presiden RI. Selanjutnya, Ahok bersama Djarot sama-sama bertarung dan berjuang memenangkan
pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu, meskipun pada akhirnya harus kalah di
putaran ke dua.
Berkaitan dengan pesan yang
dituliskan Ahok, tentu kita masih mengingat bahwa Djarot Saful Hidayat juga
sering sekali mendapat kampanye hitam selama pilkada DKI Jakarta, termasuk yang
paling parah adalah penolakan dan pengusiran Djarot dari Mesjid dengan alasan
karena mendukung Ahok sipenista agama.
Tak jauh beda dari saat ini, Djarot
yang berjuang memperebutkan kursi Gubernur Provinsi Sumatera Utara bersama
Cawagubnya Sihar Sitorus masih sering mendapat serangan kampanye negative,
isunya tak jauh beda, yaitu masih tentang “pendukung penista agama” atau
disebut sebagai calonnya partai “pendukung penista agama” yang tak lain adalah Ahok.
Padahal dari sisi kualitas, Djarot adalah orang yang paling berkompeten dan
berpengalaman sebagai bekal membangun Provinsi Sumatera Utara 5 tahun kedepan.
Seperti dalam pesannya, semangat
Ahok bagiku sendiri adalah semangat menegakkan kebenaran, kejujuran dan
keadilan menuju pemerintahan yang bersih, transparan, profesional dan
kepemimpinan yang Nasionalis.
Mari dukung dan menangkan sahabat
Ahok, Djarot-Sihar (Djoss) yang bertarung di Pilkada Provinsi Sumatera Utara
tahun 2018 nomor urut 2. Cukuplah sudah Ahok yang telah teruji kepemimpinannya
disingkirkan dengan cara-cara yang tidak elegan, tidak bermoral dan tidak adil
oleh para kaum intoleran dan radikal.
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !
EmoticonEmoticon