Tuesday, May 8, 2018

Politikus Teraneh Yang Pernah Ada

Tags

Jokowi saat wawancara Katadata.com
Suatu hal yang lumrah terjadi pada politikus-politikus kita, menunda-nunda keputusan atas pertimbangan keuntungan politik, takut tidak di dukung lagi, takut ini dan takut itu. Akhirnya tak ada kebijakan yang jadi.
Ada juga politikus yang bahkan melakukan pelanggaran hukum demi memenuhi kepentingan kelompok/konstituen pendukungnya, agar apa? Agar dukungan politik tidak beralih ke lain hati dan berharap akan dikatakan sebagai orang yang "tepati" janji politik. Contohnya siapa? Salah satunya adalah Gabener di DKI Jakarta yang memfasilitasi PKL berdagang di badan jalan. Penakut, naïf dan penuh pencitraan, banyak lagi contoh politikus yang bermental beginian, silahkan infentarisir aja...
Itulah gambaran mental politikus kita, semua masih bertumpu pada kepentingan dan keuntungan pribadi, individualistis dan susah mengambil keputusan yang bermanfaat untuk umum walau secara hitung-hitungan politik akan merugikan pribadinya. Tidak pernah mau berkorban demi kepentingan umum.
Apa-apa, hitung-hitungannya selalu politik, pencitraan. Tunggu ini, tunggu itu dan apa keuntungannya untukku? Sementara berfikir begitu, kita sudah ketinggalan. Pada akhirnya masyarakat yang dikorbankan.
Lebih parah lagi, politikus di Indonesia takkan pernah mengakui kehebatan lawan politiknya. Kalau bisa, apapun dicari untuk menyerang, mata, hati dan pikirannya tak bisa lagi jernih untuk memandang sesuatu yang baik yang dilakukan pihak lawan politiknya. Mirip seperti kelakuan seseorang yang sudah jadi mantan. Ibu Sri Mulyani menyebut politikus jenis begini sebagai orang-orang yang hidupnya seperti katak dalam tempurung.
Memang benarlah, bahwa kekuasaan itu silau.
Pandangan dan mental politikus yang seperti ini harus diperbaharui dan diluruskan, kalau tidak kita takkan pernah maju, bangas kita akan keburu hilang kesempatan. Itu kata Presiden Jokowi.
Jokowi telah memulainya, menjadi presiden yang tetap pada pendirian dan kebijakannya meski banyak rintangan dari lawan politik. Dihina, dihujat dan difitnah telah menjadi makanannya sejak dilantik menjadi presiden RI. Sudah terbiasa, kebijakannya dikritik dengan bumbu “fitnah” yang mendominasi dan cenderung tanpa data.
Katakanlah seperti kebjijakan bagi-bagi sertifikasi tanah ke masyarakat, Amien Rais mengatakannya sebagai kebijakan “pengibulan” masyarakat. Ada lagi, seperti Prabowo yang mengatakan “Indonesia bubar tahun 2030” dengan data fiksi, cenderung, apatis dan untuk menakut-nakuti masyarakat. Lain lagi Fadli Zon dan Fahri Hamzah dengan mulut ember dan penuh kebenciannya selalu menyerang Jokowi, bahkan dengan menghalalkan cara fitnah dan menyebar berita hoaks di media sosial, baik tentang hutang, pembangunan infrasutruktur dan isu-isu yang paling hangat adalah tentang tenaga kerja asing (TKA). Yang paling parah adalah isu yang menuduh Jokowi antek asing, aseng dan berlatar belakang keluarga komunis.
Seorang Prabowo baru-baru ini berjanji meningkatkan kesejahteraan buruh dan menolak TKA, padahal di perusahaannya sendiri pun buruhnya terlantar, tidak digaji dan sampai hari ini masih menuntut pembayaran gaji. Kemudian, ternyata di perusahaan yang Prabowo miliki banyak memperkerjakan TKA. Lalu apa artinya janji politik kepada ribuan buruh sementara pekerja di perusahaannya sendiri tidak bisa disejahterakan, dan perusahaannya masih memakai tenaga TKA. Ini murni hanya untuk kepentingan politik untuk Pilpres 2019 saja, seperti rumah DP 0 dan OKE-OCEnya Anies-Sandy di Pilgub DKI Jakarta yang sampai kini entah dimana kelanjutan dan wujudnya kita tidak pernah lihat, bahkan nyaris tidak terdengar lagi.
Ketika bangsa ini dipenuhi oleh politikus-politikus yang seperti di atas, maka akan terasa aneh melihat seorang politikus seperti Jokowi. Sejak awal terjun di dunia politik, beliau terlihat sangat cuek dengan isu-isu yang menerpa dirinya, jikapun harus ditanggapi dengan kata-kata, palingan dengan cara bercanda saja. Selebihnya dia tanggapi dengan lebih giat lagi bekerja, sampai lawan politiknya jengkel dan merasa dikacangin.
Jokowi, model politikus yang benar-benar tidak peduli dengan isu-isu politik yang menyudutkan dirinya, dan tak pernah terpengaruh sedikitpun dengan niatnya yang tulus bekerja untuk rakyat. Beliau selalu yakin dengan kebijakan dan keputusannya. Mungkin karena niatannya memang benar-benar tulus.
Cara berpolitik Jokowi adalah antitesa dari cara-cara lama dan sudah usang. Hasilnya benar-benar lebih baik dan lebih berdaya guna untuk kemajuan demokrasi, bangsa dan negara kita.
Simpelnya, “kerjakanlah sesuatu dengan baik dan benar, maka yakinlah kesuksesan akan menghapirimu” kataku gegitu. Berpolitiklah dengan santun, jujur dan optimis. Jangan balut citramu dengan penuh kebohongan dan kemunafikan hanya demi ambisi politik semata.
Salam sada roha dari Anak Medan.
h o r a s !

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon